beberapa minggu yang lalu..aku diberi tugas mempresentasikan RUMAH ADAT apa aja dengan mencari informasinya di TMII(Taman Mini Indonesia Indah).
nah..ini dia hasil laporanku dari TMII dan ada beberapa tambahan dari internet(^o^)
BETANG
Orang Dayak asli mempunyai rumah yang besar-besar dan tinggi-tinggi, namanya dalam bahasa Dayak Kalimantan Tengah ialah betang
Ruang pada rumah Betang suku Dayak Ngaju, dapat dikelompokan dalam 3 bagian, yang pertama ruang utama rumah, yang kedua ruang bunyi gong, dan yamg ketiga adalah ruang ragawi yang tidak kelihatan. Ruang utama adalah ruang yg mehubungkan manusia dengan alam surgawi. Ruang kedua adalah ruang yg menghubungkan manusia dengan penghuni surgawi, dan yang ketiga adalah ruang surgawi yang juga adalah ruang ragawi. Sementara itu kematian adalah hal terpenting dalam kehidupan masayarakat suku Dayak Ngaju, karena melalui kematian maka roh seorang Dayak dapat diberangkatkan ke dalam alam sorgawi, melalui upacara Tiwah. Dimana didalamnya terdapat ritual tabuh yang bermakna penyucian.
Tuliasan ini mengetengahkan keberadaan ruang2 tersebut pada rumah Betang di desa Tumbang Malahoi dan betang Koktik yg menunjukan kesamaan gambaran akan cara berarsitektur yang unik untuk mencapai pembentukan ruangnya. Melalui indetifikasi ruang-ruang pada rumah Betang dab dengan memahami bagian-perbagian bengunan rumah Betang secara arsitektural, kemudian menhubungkannya dengan cara berankatnyaroh ke alam surgawi dalam ritual Tabuh pada upacara Tiwah dapat dipahami bahwa, makna ruang pada arsitektur rumah Betang Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah merupakan gambaran akan dua ruang yaitu ruang manusia dan ruang surgawi, yang tidak mengenal ruang bagi pendosa.
Rumah betang adalah rentetan rumah pribadi yang bersambung menjadi satu-kesatuan. Panjangnya bervariasi antara 9-15 m. Rumah itu dibangun dengan kontruksi dari kayu belian yang kokoh. Tiang-tiang utamanya berukuaran 20 x 40 cm. Tiap bilik/ lawang(pintu) membutuhkan kurang lebih 24 tiang utama seperti itu, yang ditunjang dengan puluhan tiang lainnya. Sebatang tiang utama membutuhkan 10-15 orang untuk mengangkutnya.
Separuh dari rumah betang adalah bagian terbuka. Bagian ini desebut radakng(serambi) yang digunakan untuk berbagai kegiatan keseharian para penghuninya, seperti ritual adat, mengayam kerajinan tangan.
Bagian yang tertutup disebut bilik atau lawang. Bilik aatau lawang ini digunakan penghuninya sebagai rumah keluarga. Aktivitas keperluan keluarga seperti memasak, tidur dilakukan di bilik tersebut.
Rumah betang Suku Dayak memiliki keunikan tersendiri. Bentuknya memanjang lurus di atas 100m, bertiang panggung berketinggian di atas 1m dan beratap sirap dari kayu ulin. Di dalam rumah betang terdapat puluhan bilik dan satu bilik dihuni satu keluarga. Pintu akses ke da;am mesti melalui tangga dari bawah kolong yang terbuat dari kayu bulat dilengkapi anakan tangga demi mempermudahkan pijakan.
dengan ukuran dimensi seperti yang disebutkan diatas, betang dapat menampung sampai 100-200 jiwa sehingga dapat menampung sekuruh sank keluarga. Dengan kondisi seperti ini, dimana seluruh sanak keluarga hidup dalam satu betang, maka betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, yang dipimpin oleh Bakas Lewu atau kepala suku.
dasar yang digunakan dalam penentuan tinggi betang yaitu tinggi orang menumbuk padi dengan mengunakan alo/atan, sehingga pada saat menumbuk padi, alo/atan tidak tersangkut pada lantai betang.
Di dalam rumah terdapat kamar yang berpetak-petak. Dan diruangan muka ada tempat menerima tamu atau tempat pertemuan. Biasanya tangga dan pintu rumah betang haya satu yang terbuat dari kayu besi bulat panjang. Tangga ini dinamai hejan/hecot. Dibelakang rumah ada balai kecil yang berfungsi sebagai tempat menyimpang lesung untuk menumbuk padi.
Bagian-bagian betang dan bangunan lainnya
betang biasaya terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu betang huma, artinya rumah/bangunan utama sebagai tempat tidur, ruang (los) tempat tamu yang menginap, kemudian bagian dapur, yaitu bagian yang seolah-olah terpisah dari bangunan utama. Diantara bangunan utama dengan dapur terdapat suatu bagian yang disebut karayan, yang berfungsi sebagai penghubung antara bangunan utama dengan bagian dapur. Baik bagunan utama, dapu dan karayan, tinggi tiang-tiangnya sama yaitu sekitar 2,5 -3m.
bagian dapur tidak bebeda dengan bangunan rumah biasa, yaitu bisa betuk segi empat atau juga bentuk memanjang. Luasnya lebih kecil dari bangunan utama, yaitu disekitar atau sejajar dengan panjang bangunan utama. Sedangkan karayan adalah semacam pelataran. Karayan berfungsi disamping penghubung antara dapur dengan bangunan utama (bangunan antara dapur dengan bagunan utama tidak berdempetan), juga sebagai tempat istirahat (santai) atau juga sebagai tempat menyimpan sementara hasil hutan. Betang hanya memiliki satu dapur sehinga seluruh sanak keluarga/penghuni betang menggunakan dapur secara bergantian.
Selain itu, disekitar betang juga terdapat beberapa bangunan kerangking, petahu dan sandung. Kerangking atau juga disebut jorong atau tukau adalah balai kecil yang befungsi sebagai tempat menyimpang alat-alat bertani atau berladang dan juga untuk menyimpan alu dan lisung. Petahu atau juga disebut pengantoho adalah rumah kecil yang berfungsi sebagai rumah menyimpan tulang-tulang kerabat yang telah meninggal dan telah di proses upacara tiwah. Disamping itu, juga terdapat sapundu yaitu patung berukuran tinggi yang berfungsi untuk tiang pengikat binatang-binatang yang akan dikorbankan pada saat upaca adat.
Susunan huma dan fungsinya
Dalam huma betang, terdapat ruangan-ruangan antara lain ruang/kamar tidur dan satu buah los. Ruang tempat tidur dibuat berjejer, artinya setiap pintu kamar/ruang tidur semuanya menghadap ke ruang los. Ruang los dibuat sepanjang bangunan utama, dengan lebar kira-kira seperempat lebar bangunan utama sedangkan tiga perempat bangunan utama seluruhnya dipergunakan sebagai ruang/kamar tidur. Luas kamar tidak tergantung kebutuhan, tetapi harus sama luasnya.
Fungsi ruang/ kamar tidur sudah jeals sebagai kamar tidur satu keluarga. Semua harta dimasukkan dalam kemar tidur masing-masing. Sedangkan ruang los berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamuaei (perantau) atau keluarga dari tempat jauh yang ingin menginap. Pada dinding du ruang los ditempel atau diletakkan beberapa kepala/ tanduk manjangan, yang berfungsi sebagai tempat menggantungkan senjata tajam milik penginap, seperti mandau atou tombak.
Betang sebagai tempat pertahanan
Dimensi betang yang umumnya tinngigi mempunyai makna yang strategis. Umumnya suku Dayak membangun rumah disepanjang sungai dengan arah menhadap ke sungai. Kondisi ini seperti ini tentunya potensial untuk mengalami banjir. Dalam hal ini, maka salah satu tujuan tiang-tiang yang tinggi tersebut yaitu menghindari banjir yang mungkin terjadi. Selain itu, dengan kondisi yang tinggi tersebut juga dapat berfungsi tempat pertahanan dari musuh yang datang menyerang tiba-tiba atau dari serangan binatang buas. Perlu diketahui bahwa dalam tradisi suku Dayak, penyerangan musuh dengan cara membakar rumah pada zaman dahulu tidak ada atau pantang dilakukan sehingga serangan musuh dengan cara membakar rumah tdak akan terjadi. Satu hal yang menarik yaitu bahwa dalam pembuatan daun pintu, dibuat sedemikian rupa sehingga untuk membuka dan menutup digunakan tangan kiri. hali ini dimaksudkan yaitu apabila ada tamu dengan maksud baik maka tangan kanan digunakan untuk mempersilahkan masuk tetapi apabila ada tamu dengan maksud jahat langsung menyerang maka tangan kana dapat dengan lincah digunakan untuk menangkis serangan tersebut.
Nilai estetika
Nilai estetika betang selain pada tampilan luar, juga pada ukiran-ukiran yang ada pada setiap bagunan. Ukiran-ukiran ini diletakkan pada tempat-tempat yang dilihat seperti pada bumbungan rumah, depan rumah, atas jendela, di daun pintu, di ruang tamu dan lain-lain. Selain itu, nilai estetika juga dapat dengan mudah dilihat pada sapundu dan sandung yang biasanya terdapat di halaman depan rumah.
Sedangkan nilai estetika atau tingkah laku dapat dilihat dari bahan-bahan tertentu yang digunakan dalam membuat bangunan. Untuk membangun tiang, sedapat-dapatnya dicari pohon kayu ulin yang telah berumur tua. Hal ini melambangkan kekuatan dan kesehatan sehingga diharapkan bagunan dapat bertahan lama dan jika sudah ditempati, penghuninya diharapkan senantiasa mendapat kesehatan baik. Ukiran pada bangunan umumnya melambangkan penguasa bumi, penguasa dunia atas dan dunia bawah, yang dilambang dengan ukiran burung tingang dan kepala naga, yang masing-masing kepala harus horizontal yang dalam bahasa Dayak Nganju disebut tanggar, tidak boleh menegadah sebab saat itu berrti naga atau burung tingang hanya mencari rezekinya untuk dirinya sendiri, tidak mendatangkan rezeki kepada bagi penghuni rumah tersebut. Sebaliknya ukiran kepala tingang dan kepala naga tidak boleh tunduk sebab itu berarti akan membawa sial bagi penghuninya..
wuih..capek juga ngetik ya??
ya..itu sich hasil laporan yang dibaca oleh guru seni budaya dan yang di presentasikan di depan kelas, kata gurunya sich BAGUS! sudah berjuang keras memberikan detail-nya tp kurang fotonya..
memang seperti itulah adanya..mohon maaf klo kurang foto dan klo ada salah-salah kata ya!!^^